Rabu, 05 April 2017

Kisah seorang Pilot

Selamat siang, baca yuk kisah seorang pilot yang putus sekolah , semoga menginspirasi kita semua 
Sewaktu kecil, prestasinya di sekolah sangatlah buruk. Karena khawatir, orangtua mengirim Aidith ke Johor Bahru, Malaysia, dan berharap sang anak bisa berubah. Alih-alih belajar lebih keras, perilaku Aidith malah semakin 'menjadi'.
Pada usia 12 tahun, dia mencoba-coba narkoba dan bergabung dengan geng 'anak badung'. Aidith dan teman-temannya, memalak teman sekolah. "Kami meminta uang dari siswa lain, (dan menggunakannya untuk) membeli obat terlarang," kata Aidith.
Dia mengaku, saat itu dia dan teman-temannya bisa melakukan apa pun hanya untuk mendapatkan uang guna membeli narkoba. Menyadari anaknya menuju jalan yang salah, orangtua Aidith membawa anaknya kembali ke Singapura.
Tanpa sertifikat PSLE, orang tua Aidith mencari sekolah selama setahun untuknya. Sertifikat PSLE sangat dibutuhkan untuk melanjutkan studi karena merupakan bukti telah lulus sekolah dasar selama enam tahun.
Akhirnya, kepala sekolah Fuchun Secondary School mengizinkan Aidith, yang saat itu berusia 15 tahun, untuk masuk Secondary 1 setelah lulus dalam tes masuk. Lagi-lagi, Aidith jatuh ke pelukan 'pihak' yang salah. Menggambarkan dirinya sebagai orang yang 'mudah dipengaruhi', Aidith mengaku tidak bisa belajar ketika masih muda. Demikian seperti dikutip dari Razor TV, Senin (13/2/2012).
Namun sikap Aidith mulai berubah ketika harus mencari pekerjaan. Dengan hanya satu nilai kelulusan sekolah menengah, yakni O-level dalam bahasa Melayu, lamaran yang diajukan Aidith ditolak banyak perusahaan.
Setelah terus berusaha, akhirnya ada perusahaan yang menerima Aidith. Dia diterima di Grup Bandara Changi sebagai pengurus bagasi. Di tempat inilah dia mulai berubah. Bekerja di landasan bandara memicu gairah Aidith atas pesawat terbang dan menerbangkan pesawat.
Suatu hari, seorang pilot asal Korea Selatan menyarankan Aidith untuk mengambil kursus pilot. Selama lima tahun bekerja, Aidith mengerjakan tiga pekerjaan. Dari pekerjaan itu, akhirnya dia bisa mendapat uang untuk belajar jadi penerbang.
Pada 2004, Aidith berhasil memperoleh lisensi komersial terbang. Sejak itu, dia bekerja untuk Singapura Airlines dan Boeing. Meski secara akademis tidak ‘mentereng’, dia berhasil melewati semua tes yang diperlukan pada upaya pertamanya.
Kini, Aidith menapak jalan menuju kesuksesan. Dia pun berharap bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda dan menjangkau mereka yang tersesat.
(rfa)


Tadika Puri membuka kelas baru jurusan pilot school , bergambung bersama kami

Wa : 081354998795
Cabang Malang Jl. Supriyadi 172 D, Sukun Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar